Sunday, January 04, 2009

"Cita-cita yang kini Terbentang didepan Mata"; from the past date: 02 Maret 1999

Akhir-akhir ini aku banyak berpikir, dan detik-demi detik aku semakin berdebar untuk memutuskan keinginan ini, betapa jalan yang selama ini belum terbersit sekejabpun tiba-tiba tersentak oleh sebuah selebaran buletin jum'at yang isinya "Seruan Jihad untuk Kaum Muslimin Indonesia"
Kisah-kisah keberangkatan para mujahidin Ambon...
"Ya kami ini adalah orang-orang yang sudah banyak mengumpulkan dosa, kapan lagi ada kesempatan untuk menebus dosa-dosa itu kalau bukan dalam medan jihad yang kebetulan sekarang ada di Ambon, ini adalah kesempatan untuk membela agama yang kita cintai..."
Kisah tentang para Jundullah yang bersuci sebelum berangkat berlaga, bersuci untuk bersiap-siap menjemput bidadari bermata jeli, kemudian mereka mengenakan pakaian putih-putih untuk meminang bidadari itu disana, aku terenyuh. Aku menitikkan air mata, tapi segera kuhapus karena aku muak dengan acara cengeng ini, sudah terlalu lama aku merindukan saat-saat ini untuk datang padaku, bahkan dalam setiap do'a yang kulantunkan kepada Robb yang selama ini kuceritakan cita dan inginku...tak kuasa aku merindukan saat-saat seperti ini, bergegas menghela semangat untuk menyediakan jiwa dan raga membela Islam dari musuh-musuhnya...
Dan kini Allah Azza Wa Jalla menjawab tanya yang tempo hari bertubi-tubi kulontarkan.
Tiba-tiba Allah sediakan medan jihad yang dulu aku bingung mencarinya..dan telah kudengar kini...tapi apa nyatanya????
Aku tak punya ruh yang cukup untuk menjadi pilihanNya agar dapat pergi kesana.
Telah berkali-kali keputusan ini kuakhiri dengan kebulatan tekat untuk berangkat sehingga aku mencoba mencari-cari alasan apa yang cocok untuk kuberikan pada orang-orang yang akan kutinggalkan...apakah pernyataan "Carilah kematian kan kau temukan kehidupan, Hidup Mulia atau Mati Syahid"...
Aku tertegun dengan keputusan ini.
Aku tak punya cukup nyali untuk mewujudkannya.
Aku ternyata seorang pengecut...dan lagi-lagi jadi pecundang..
Ternyata aku hanya berani bersembunyi dikamar ini dan berkhayal ingin ini ingin itu tapi takut berhadapan dengan kenyataan dan tantangan yang kini dibentangkan dihadapanku.
Kemana idealisme itu...har????
Kuliah tak kelar-kelar, hutan hutang bertumpuk-tumpuk, pekerjaan-pekerjaan tak ada yang rampung dan kini status pun entah jadi apa?
Apa arti hidupmu...? adakah artinya bagimu adakah kepuasan itu sampai pada puncaknya?
Har...pekikan azan dan kumandang takbir telah bergema di bumi Ambon...terdengar begitu lantangnya sampai kekamar ini.
Bukankah seharusnya Kamu berdo'a agar terpilih untuk berangkat kesana?
Medan jihad itu bukan lagi di Bosnia, bukan di Kosovo, bukan pula di Palestina...Arena pertempuran itu terbentang di Ambon...
Bukankah setiap orang harus jadi pahlawan bagi dirinya sendiri, jika dia memang terbukti bukan siapa-siapa???
Maka jadilah pahlawan bagi dirimu yang mungkin sebentar lagi berhasil melangkahkan kaki diteras syurga Illahi Robbi...karena kesyahidanmu??
Tiba-tiba aku teringat perkataan sahabat nabi, A'to namanya dihadapan seorang amirul mukminin yang hendak menjadi gubernur disalah satu daerah kekuasan kaum muslimin saat itu...dia berpesan agar sang gubernur itu ingat akan hal ini...
Wahai Amirul Mukminin dengarkanlah aku...
"Engkau diciptakan seorang diri, dihidupkan seorang diri, dilahirkan seorang diri, dimatikan oleh Allah seorang diri, dan akan dihidupkan lagi seorang diri, dihisab seorang diri, saat itu tak ada orang yang berkuasa menolong kamu, amal-amalmu-lah yang hanya ada disisimu saat itu, dan kamu saat itu memang benar-benar bergantung atas amal-amal mu, jika dia tak cukup, maka saat itu kamu tahu dimana posisimu akan ditempatkan"
Har...tak ada kemuliaan kecuali kau mati dalam keyakinan dan cita-cita yang kamu impikan saat ini, bukankah janji Allah sudah cukup untuk memastikan semua itu berjalan sesuai kehendakNya? Disanalah kamu menempatkan dirimu sebaik-baiknya dalam keridhoan Allah yang selama ini kau kejar tanpa henti.
Tapi alangkah baiknya jika aku berangkat bukan karena motivasi keputusasaan dan frustasi akan hidup, tapi karena memang itu adalah suatu pilihan yang hidup sendiri dalam hati.
Bukan saat kita memang berada dalam kegelapan hidup, atau mencoba melarikan diri dari pekerjaan-pekerjaan dunia yang mesti ditanggungjawabi, tapi itu memang suatu cita-cita yang tertancap dalam idealisme nyata dan bukan picisan.
Ya Allah jika kau berkehendak pilihlah hamba...
Jemputlah hamba dengan sepaket keridhoan syurgaMu..penuhi keinginan hamba atas cita-cita itu....amiin

Orang Baik=Cepat Mati; From The Past:date 22 February 1999

Dalam lamunan kamar sempit ini, tersimpan sejarah batin yang berlipat-lipat. Tak mampu elakkan barang sejenak, hari perhari yang kujalani begitu banyak hi'mah yang merupakan tanda-tanda dari Robb yang selama ini selalu memperhatikan diriku. Berapa banyak tanya yang tak terjawab, berapa banyak mimpi yang tak terwujud, berapa banyak dosa yang tercipta..aku lelah dalam kesendirian mengejar hari-hariku yang tak teraih.
Lalu ada yang berkata, semua tergantung idealisme yang tertancap dihati...
Lalu ada yang bilang, orang jahat semakin lama hidupnya
Lalu aku ada dimana?
Apakah aku orang baik?
Aku pernah pula dibilang munafik..bermuka dua dan paling bisa dibilang dan tunjukkan kesalahan orang-orang sedangkan diriku tak tahu diri.
Dimanakah aku, siapakah aku, akan jadi apa aku esok?
Aku sendiri bilang, bila hari ini aku bukan siapa-siapa, esok hari juga bukanlah apa-apa. Menanti jawaban yang tak pernah terjawab, menanti do'a yang belum juga terjawab.
Kapan Kau jawab itu?
Menjemputku disuatu hari yang merupakan puncak keimanan tertinggiku...
Begitu merindunya aku sehingga membuatku semakin bosan hidup diatas muka bumi ini menggoreskan dan membuat luka abadi dibatin suci yang dulu penuh dengan ketakwaan.
Aku bosan dengan hiruk-pikuk dunia ini, begitu tersiksanya dengan seluruh isi dunia yang begitu beratnya harus ditanggung jawabi, pekerjaan yang tak kunjung selesai, otakku yang tak pernah mau rehat selalu memikirkan apa yang akan terjadi dengan diriku esok, bencanakah?, bahagiakah?, hancurkah?, kalahkah?, matikah?, sukseskah??
Aku menatap foto masa kecilku, begitu polosnya menatap dunia, aku kalah, selalu kalah ingin bicara, kapan aku bisa bilang ini aku, ini kehendakku, ini mauku, harus berapa lama lagi menunggu, harus berapa abad menantikan saat itu?
Aku lelah menunggunya..aku tak sudi kekurangan, aku tak mau mengalah dilindas waktu..aku muak dengan kepencudangan...
Tapi bagaimana menyelesaikan target-target itu?
Bagaimana caranya berpedoman pada idealisme? apakah jangan terlalu idealis?
Bagaimana harus cepat mati tanpa bunuh diri atau menjerumuskan diri dalam kondisi mematikan?
Bagaimana jadi orang baik=lebih cepat mati?
Sedangkan aku terlalu berprasangka baik pada diriku, aku selalu menganggap diriku suci, dan selalu dalam posisi mendapatkan pertolongan Illahi, sehingga muncul sikap yang terlalu idealis, merasa selalu benar, dan selalu merasa benar, bagaimana mengalahkan kesombongan ini, bagaimana menghilangkan sentimentil sebagai seorang single fighter and the best person in every condition?
Terlalu optimis atau buta optimisme ini?
Cepat jawab Wahai Penguasa Jagat Raya, agar angkuh itu tak bercokol lagi dihatiku sehingga kesombongan itu hanya milikMu.
Haruskah menjawab tantangan, ataukah setiap orang harus jadi pahlawan bagi dirinya sendiri..atau bagi orang-orang yang menganggapnya, atau bagi orang yang peduli atau tak peduli sama sekali dengan dirinya?
Kahitna itu tinggi, nirwana juga...jika Kau ijinkan aku kesana...pasti aku tak mau kembali lagi kesini.
Tapi bagaimana minta RestuNya, minta ridhoNya..apa harus berkorban atas nama diri sendiri atau berkorban untuk orang lain??
Aku ingin berkorban untukMu ya Robb, tapi apakah aku layak dipilih untuk mampu berkorban untukNya?
Yang kulihat hanya kewajaran pada jalan hidupku...
Orang baik cepat mati...seperti Ayahku...

Thursday, January 01, 2009

"Proyek Idealisme 3" ; From the past date:18 Februari 1999

Mungkin ini jadi salah satu kisah bersejarah dalam hidup gw, dimana diawal tahun ini gw bertemu dengan segerombolan orang yang mengaku sindikat pembobol bank kelas nasional bahkan katanya mereka sudah sering beroperasi diseantero jagad asia...katanya
Siang tadi aku diajak bincang-bincang dengan mereka atau kalau tidak salah seperti bernegosiasi dengan segala tawaran-tawaran angin syurga dari mereka dan aku bertahan dengan segala ajakan mereka.
Tak terlalu sulit berkaca dalam masalah seperti ini, dengan sikap gw yang sangat friendly kalau bukan gw bilang dengan dua wajah yang sangat-sangat lihai kupasang didepan mereka, gw sanggup menipu mereka dengan segala kemapuan gw berlindung disetiap perkataan angin syurga mereka, wahai penipu kalian bertemu dengan penipu paling ulung dijagat ini...ha..ha..ha
Tak segampang itu mengajak gw larut dalam kejahatan kalian, gw tantang mereka dengan mengirimkan pesan singkat lewat rekan yang mendampingi gw bertemu dengan mereka, gw bilang gw butuh modal besar untuk menjalan aksi ini, gw katakan jika mereka bisa kasi gw akses untuk beberapa sarana yang bisa gw dapatkan dengan cepat, mungkin rencana jahat ini makin mulus berjalan sesuai dengan harapan mereka.Minimal gw dikasi sebuah telepn selular untuk tetap terhubung dengan mudah kemereka (tau lah kira-kira harga telepon selular ditahun 1999; masih mahal dan bentuknya juga masih seperti walki talky gedenya) ini adalah permintaan paling mudah yang gw lontarkan dan mereka masih berkilah kerja dulu baru dapat hasil, tapi kalo sekiranya mereka berani ngasih mungkin sekarang gw termasuk DPO-nya kepolisian metro jaya. Seperti yang gw sebut diawal ini adalah petualangan bersejarah dalam hidup gw, dan gw masih sanggup berkilah bahwa ini masih wajar aku jalani.

Beberapa hari kemudian....

Gw terlalu sombong dengan semua tawaran mereka, dan gw yakin mereka gak bisa ngalahin kesombongan yg gw miliki..
setelah mendengar skenario dari mereka bahwa gw kebagian tugas untuk meletakkan warkat transfer dimeja otoriser staf di S.Parman dan berusaha mendapatkan time stamp dari bagian back office gw seharusnya sudah bisa melarikan diri ketempat yang bisa membuat gw aman dari kejaran polisi, tapi dengan bermodalkan apa gw minggat dari jakarta kalo bukan dengan tiket ekspres ke singapore, apa gw pura-pura tidak tahu dan menyangkal semua tindakan yang menyebabkan dana 600 juta melayang dengan mudahnya?
imposibel man....
setelah itu, setelah seluruh skenario terbentuk gw menghilang dari mereka karena gw menunggu beberapa permintaan gw dikabulkan dahulu baru skenario james bond itu bisa jalan, gw terus sembunyi dari mereka tapi tetap pesan-pesan dari mereka gw tangkap satu-satu, mulai dari cerita salah satu staf perbankan baru saja berhasil menjalankan rencana mereka dan kini dia telah berada di thailand dalam rangka plesiran dan macam-macam dan macam-macam lagi...
Walahasil mereka juga berhenti dengan sendirinya...karena tak mungkin sanggup membujuk gw tanpa modal....gak mungkin gw bisa beraksi jika safety gw tak sanggup mereka jaga...karena permintaannya juga untuk keberhasilan rencana mereka, apa ruginya ngasih HP dan tiket terusan ke batam lalu singapore untuk berjaga-jaga.
Lalu gw merasa buang-buang waktu saja, gw katakan pada mereka buat apa kasi loyalitas sama sindikat macam kek gini, karena uda ngaku-ngaku sindikat internasional sudah pantas donk kasi backup yang bisa jaga safety membernya...
lalu setahun kemudian gw denger salah satu anggotanya yang asalnya dari malaysia terkena jantung karena gagal menjalankan aksinya...what a sindicate...

Proyek Idealisme 2

Dan datanglah....
Semua dewa-dewa datanglah padaku...
Jika kalian ingin menyembahku, sembahlah aku...
kan kuberi kalian hidup...dari sebagian hidupku..
Dan datanglah dengan keikhlasan kalian tanpa anggap aku musuh kalian, temani aku, dan anggap aku seperti bagian dari kalian..
Dewa baik, dewa jahat, dewa jelek, dewa ganteng, dewa cepak, dewa gondrong mari bicara dalam damai, jangan buat rusuh jangan buat makar, akurlah dalam kedamaian yang kuciptakan, jika kalian tak akur maka aku akan berdoa untuk kehancuran kalian...
Damailah dan jangan ribut-ribut
Mari jabat tanganku, kibarkan bendera kedamaian bersamaku.
Wahai dewa-dewa jangan otoriter dan tirani, jika boleh aku katakan bahwa itu adalah sifatku...jangan miliki milikku, ijinkan aku mengumpulkan semua mimpi kalian, kan kususun seperti yang pernah aku susunkan untuk kalian...
Dewa-dewa dengarkan aku...tenanglah dan apa yang sebenarnya telah kalian lakukan, jangan lupa tempat asalmu, rekan-rekanmu, semua yang selama ini terus bersamamu, memompa semangatmu, tempat kamu menimba seluruh pengalaman dan cara untuk bertahan hidup diatas dunia yang kejam ini...kuatkan ikatan kalian dan jangan berpecah belah...
bergabunglah dengan kerajaan ide ku