Monday, September 08, 2008

Jangan Pernah Suudzon Pada Allah SWT



Pernah kah mendengar cerita tentang penumpang sebuah kapal yang tengah dideru badai ditengah lautan?, itu bukan sembarang cerita, kisah itu termaktub dalam Al Qur'an, di abadikan Allah SWT karena sebagian manusia memang bersifat keluh kesah dan tak pandai bersyukur. Diceritakan ketika kapal tengah berguncang hebat seakan karam banyak penumpang yang bermunajat kepada Allah SWT minta diselamatkan sampai kedaratan, mereka berjanji akan menjadi orang yang lebih baik jika Allah berkenan mengabulkan do'a mereka jika selamat sampai ke tepi daratan tanpa diterjang gelombang lautan yang sedang ganas-ganasnya, tetapi ketika mereka selamat sampai ditujuan tanpa kurang suatu apapun karena diselamatkan oleh Allah SWT, tiba-tiba mereka lupa dengan do'a yang mereka panjatkan pada Allah sewaktu masih dalam bahaya, mereka lalai dan kembali kepada kelakuan yang dulu mereka berjanji akan berubah menjadi baik seperti dalam do'a kepada Nya.
Aku sering berada dalam kapal itu, parahnya aku merasa sangat sombong dan angkuh ketika itu, yakin sekali bahwa Allah SWT akan menyelamatkanku bahkan aku menyangka kapal itu pasti akan selamat karena memang ada aku didalamnya.
Bagaimanan mungkin aku menjadi sangat narsis, bahkan aku tak mengerti mengapa sifat itu menginap dalam tingkah lakuku. Padahal manusia yang kini bergumam pun menyangka aku sangatlah angkuh.
Dan memang setiap keinginan tak selalu dikabulkan olehNya, tapi selalu saja aku menyangka Robbku pasti akan mengabulkan setiap harapanku dan selalu menjadi nyata.
Atau dimasa yang lalu ketika setiap do'a jarang terkabulkan, muncullah persangkaan yang buruk padaNya, sungguh aku tak tahu malu, meminta Pada Yang Memiliki seperti meminta kepada pembantu.
Yaa Robb ajari aku sopan santun dalam berharap padaMu, ajari aku berkelakuan yang baik ketika do'a belum dikabulkan olehMu. aku dhoif tak pandai berbudi pekerti....

Sesaat setelah keluar dari perkantoran tempatku bekerja, kupacu visto kuningku menuju Bekasi Utara, tempat dimana aku berkumpul dengan anak dan istriku dalam rumah minimalis kami. Tak terasa air mataku menganak sungai disela-sela pipiku, tak penah terbayangkan kehidupan manis yang kini tengah kunikmati, indahnya perjalanan malam ketika pulang kerumah membawa seluruh letihku dalam sebuah city car berkapasitas 1000 cc, aku terisak dalam perihku mengingat kehidupan berat yang kulewati dihari yang lalu-lalu dimasa ketika aku belum bisa apa-apa dan belum punya apa-apa tepatnya 10 thn yang lalu, sedihku menjadi-jadi ketika mengingat lirih do'a yang kupanjatkan pada Illahi seakan Robb ku saat itu akan meninggalkan aku seorang diri karena ditinggal permata kasihku yang tak pernah bisa kubahagiakan hatinya...almarhum mama tercinta.
Aku merasa kecil kini Ya Robbi betapa aku mengira yang bukan-bukan keharibaanMu, jika tak kurasa Aku yang suudzan padaMu...tentu aku telah menjadi seorang munafiq ketika berdo''a dihadapanMu, maafkan aku Robb...Supaya aku makin yakin agar tak pernah lagi suudzan padaMu...