Tuesday, July 15, 2008

Religius Hedonis



Aku berdiri diantara keimanan dan kekufuran, seakan berpijak diatas tanah yang tak pernah rata, mencoba melawan bisikan yang semakin kencang, berbangga hati masih punya hati nurani.
Aku berdiri diantara kemewahan dan kepapa-an, seakan memiliki harta yang tak pernah habis untuk dibelanjakan, hanya merasa rezeki ini bermuara kepada nafsu untuk melawan kefasikan tapi aku tak ada daya kecuali sekeping seratus ribu yang hendak aku sebar dimalam lebaran untuk menghibur seorang ibu tua dibawah kolong jembatan.
Aku dilenakan diantara kepolosan diri dan bejatnya moral, yg hendak menerkamku saat diam dalam tenang, tak tahu apa jadinya aku dimasa akan datang, tapi tetap berharap jadi orang besar, punya arti bagi peradaban kemanusiaan dan sejarah Islam.
Aku jadi hampa dalam hening, melayang diantara awan putih menjelajahi angkasa yang kebiru-biruan, disana diantara ketinggian itu aku melihat nyawaku merangkak dalam gelap dunia tak berharap pada hidayah, tak takut juga pada balasan akhirat mendekat pada teman yang tak tau arti kehidupan, buta melangkah dan miskin ilmu agama.
Tangis jasadku dalam bercak kagum dunia fana yang penuh kelezatan palsu, menipuku dalam sekejap, menghilangkan pahala yang kurangkai dalam jalinan kain kemenangan hidayah.
Kapan bisa kulipat lagi lembaran-lembaran iman itu dalam lemari kesyahidan, sementara aku malas berangkat keharibaan ridha Illahi.
Robbi jika tempat yang kudiami ini menjadi tempat berlabuhnya keimanan dan hidayah, maka jadikanlah masjid yang kudatangi ini sebagai tempat kerinduan yang tiada berakhir akan Rahmat dan Rahiim Mu...Amiiin