Saturday, August 21, 2004

Sekali Dari Ribuan Kali Pilar (menuju kedewasaan dan kematangan, respon atas realita dan ksombongan diri)

Mungkin....dan memang tak ada kemungkinan lain lagi, segala kebenaran itu memang harus satu dimana-mana. Tak ada benar itu jadi dua apalagi bercabang, mutlak harus jadi satu..tujuan
Dan nasehat-nasehat hanya untuk diri sendiri. Dan semua benar itu harus jadi batu yang bikin benjol kepala ini biar tiada bebal, untuk diri yang terlalu dhoif terhadap realita, idealisme semu karbitan masa lalu.
Dan pilar itu adalah perwujudan pilar-pilar yang pernah runtuh. Kristalisasi hanya tinggal karang yang membatu. Kenapa kita tak jadi hakim buat diri sendiri. Dan kenapa ingin jadi hakim untuk orang lain kalau kita tak pernah benar memimpin diri ini.
Nyatakanlah diri untuk kebenaran, keadilan dan cobalah untuk jujur pada diri sendiri.
Kenapa idealisme itu mesti dikubur dalam hati kecil, kenapa ia tak mampu bicara untuk hati dan pikiran kita saat ini?.
Ya karena kita tak mau mengakui bahwa hanya hati nurani yang benar, dan kenapa harus ingkar dan sombong pada hati kita?
Berlayarlah kembali perahu hijrahku..ibadah adalah kekuatan kenapa tak mau mengambil pelajaran dari kitab sejarah keberadaan diri?
Berkacalah siapa diri kita?
Apa yang kita miliki, pantaskah sombong diatas segala yang bukan milik kita...?
Janji Allah tak kunjung tiba, karena Dia ingin lihat kita benar gak jalani hidup didunia yang singkat ini, kalau pun janji itu tiba tapi tidak dengan ridhoNya buat apa itu semua?
Masih banyak kesempatan mengecor pilar baru, karena nafas ini masih ada..sadarlah wahai jiwa yang hampir terpuruk karena terlalu sombomg melangkah.
Jadilah benar dan berpihaklah pada kebenaran..apapun yang terjadi..dan carilah referensi bagaimana mendapatkan kebenaran disaat orang lain buta tak dapat melihat lagi, karena istiqommah itu bukan jalan penuh tebaran bunga mewangi...
Menangislah...ingatlah kematianmu mungkin esok hari
Menyerahlah tak ada yang patut disombongkan
Bangunlah wahai hati yang berlumur pilu..
Jadilah Abdallah yang tho'at
Jangan jadi bajingan...!
Seoga esok jadi pilar yang tak harus rubuh lagi
Dan kapal hijrah itu
Kayuhlah dengan semangat kebenaran atas nama Robb yang jadi Beking kita dimuka bumi ini...

03.05.1998

Bankers Cafe

Waktu gw lagi sendiri, kadang khayal gw menjalar kemana gw suka.
Ketika saatnya datang duduk diam dalam sebuah kafe, sebatang rokok putih, secangkir kopi ekspresso dan koran sore ada ditangan.
Gw ni'mati hari melelahkan ini sambil mengeja segala sesuatu apa adanya dan hanya sendiri. Halaman perhalaman koran gw jelajahi habis. Dan secangkir kopi menyentuh hangat tenggorokan, isap seisap rokok dalam-dalam, keluhkan udara panas dalam otak yang lelah hadapi masalah berat persoalan hidup. Untuk apa menyakiti kepala dengan hal-hal yang bikin berat bahu ini.
Jangan pedulikan sekitar ruangan, pusatkan perhatian pada ni'matnya suasana ini. Jangan lirik kiri kanan, biarkan para bidadari melewati meja ini...ni'mati...ni'mati kesendirian ini..
Andai suatu saat terjadi..akankah ketenangan kafe ini gw dapatkan...nanti?
Dan iringan musik klasik instrumentalia dari abad 18 mengalun lembut ditelinga...
Hela nafas satu persatu, biarkan dinginnya ruangan berubah menjadi kehangatan cerahnya masa depan.
Biar dewi-dewi indah melihat gw dengan mata penuh menggoda...si lajang mengayuh sampan kehidupan tanpa diusik cinta dan kasih sayang.
Cool dan angkuh...
Rokok habis, koran dilipat dan hirupan terakhir kopi meninggalkan ampas masa lalu.
Lalu berdirilah untuk melangkah pulang.
Tiba di lobby berikan kunci mobil itu pada lelaki yang akan mengantarkan kendaraan gw tepat didepan hidung...
Ucapkan terima kasih dan berlalulah seperti hari-hari kemarin
Dan gw pun tersenyum
Kamar ini tak pernah berubah jadi kafe seperti impian gw...

04.04.1998

Wednesday, August 18, 2004

Mati Hati

Memandang langit-langit yang biru sebayu-sebayu awan
Tak pernah terlintas dihati untuk pergi tinggalkan bumi
Tapi semua sudah lelah dan penat
Raga gemeretak, kulit mengelupas menganga karena panas udara
Nafas satu-persatu...pergi
Tarikan jantungku hendak berhenti....mengalirkan darah kesekujur tubuh
Aku melemah....akan kah maut itu kini saatnya?
Bidadari pergi dan datang lagi
Apa harus mencinta lagi
Kuhela jantungku, lelah hati ini....Apa sudah terlalu uzur untuk percaya pada kemurnian cinta dan kata-kata indah hanya sebaris klise murah tak bermakna
Begitu mewahnya impian ku untuk sebuah kasih sayang yang ingin dihirup...
Tapi mana yang hendak dipungut
Untuk disimpan dihati paling dalam dan tak pernah pergi lagi ucapkan selamat tinggal
Yang seperti terdengar bohong dan tak percaya...
Tapi jika bicara saja dibilang dusta, mesti bagaimana ungkapkan kejujuran dan tulusnya hati?
Atau berkabung untuk kematian hati
Dan tak harus percaya pada jiwa yang sedang sekarat...?

02.04.1998

Dying Young

Gw selalu mengingat-ingat perkataan gw...
"Jikalau gw suatu saat nanti mati, tolong kecup kening gw, agar gw bisa hidup kembali".
Entah kenapa, selalu saja yang terindah jadi harapan untuk menghiasi kehidupan gw, apa itu perkataan-perkataan atau kah itu perumpamaan yang klise sekalipun.
Gw ingin buat hidup gw begitu indah
Bagai puisi-puisi yang lebur jadi debu
Bagai cerita-cerita dikomik dan film-film layar lebar.
Bagai kalimat-kalimat yang gw untai jadi mutiara batin.
Dan perkataan "mati muda" selalu jadi kisah yang selalu gw tunggu-tunggu...
Akankah terjadi..?
Andaikan terjadi...
Maka lengkaplah semua harapan
Semua penderitaan
Kekalahan....kehancuran
Dan pasti orang kan tertawa terbahak-bahak melihat kisah manis yang sebelumnya telah gw lukiskan diatas kertas dengan beberapa warna pena.
Dying Young..if i found you.....?
Dan mungkin perkataan sebaliknya jadi basi seperti nasi busuk
"Dan carilah kematian, kau kan temukan kehidupan..."
"Carilah kehidupan, kan kau temukan kematian..."
Buang tabiat
Bikin penat semua yang harus dipenati
Bosan ikuti irama takdir
Atau pergi dari jagat raya ini jika bisa..atau ni'mati indahnya hampa udara diluar angkasa sana..melihat bintang-bintang yang meluncur turun karena gravitasi.
Menyentuh planet-planet dan gugusan bintang-bintang, menyentuh cincin saturnus dan singgah dibulan.
Alangkah indahnya berkhayal menjadi nyawa tanpa raga
Gentayangan disudut-sudut kota
Jadi arwah penasaran karena mati muda
Mana gw mampu membunuh diri gw..karena ingin diberi sayang..walau seribu sayang tak kan puas batin ini..
Meski sejuta cinta yang datang...dan mimpi tiba-tiba jadi kenyataan
Tak akan...
Atau mungkin gw rindu pada kematian...?
Matilah...
Matilah kalau memang harus mati
Jika tak sanggup survive dan jadi yang terbaik
Padamlah seperti api yang tak pernah jadi besar karena disiram salju puncak avarest..
Mengalirlah duka
Sampaikan salam perpisahan pada semua mata yang memandang
Kuburkan dalam hati yang menjerit perih karena luka kehidupan
Biarkan biru luka itu, agar jdai kitab yang dibaca setiap orang
Bahwa perjalanan hidup tak kan pernah sempurna...

02.04.1998

Belanga Kematian Cahaya

Gw gak percaya man....
Ternyata gw bisa juga patah hati
ternyata diri gw yang selama ini gw sangka cukup tangguh, cukup kuat berhadapan dengan apa pun, cukup perkasa bertarung dengan segala bentuk siksaan, cukup tahan banting.
Gak lain gak bukan adalah "nothing"
Gw ternyata merasa frustasi juga akhirnya
Patah arang, dan segala bentuk keputus-asaan gw rasakan sekarang.
Berat...seberat langit yang runtuh ke diri gw
Saat ini gw sadari benar siapa diri gw, apalah arti keberadaan gw dihadapan orang-orang.
Gw gak punya arti, gw bukan apa dan bukan siapa-siapa
Gw hampa tanpa raga.
Ingin rasanya gw terbang kelangit sana
Melihat cinta dan kecintaan gw yang tak pernah punah.
Rasanya gw pingin ketemu Allah, cinta sejati gw yang selalu saja gw khianati,
Yang selalu saja gw buat cemburu, selalu saja gw buat murka dengan segala tingkah laku gw, yang selalu gw ucap cinta tapi tak pernah gw buktikan.
Hamba menyerah Ya Allah...
Jikalau kehidupan ini lebih baik dan berarti buat hamba, hidupkan hamba dalam arti hakiki dan kabulkan permohonan hamba yang selalu jadi mimpi.
Hadirkan seorang bidadari penghilang sepi
Menghibur diri yang begitu penat menanti kepastian masa depan
Menemani hamba dikala sedih, tempat hamba berkeluh kesah.
Menumpahkan semua sampah yang menggumpal diurat syaraf
Meluncurkan kasih sayang
Tempat bermanja dan mendulang harapan cerah akan masa depan
Atau jikalau kematian lebih baik untuk hamba
Wafatkan hamba Ya Allah
Dan ampuni segala dosa
Ambillah jiwa ini dalam keredhoan cinta yang tak pernah terhenti
Begitu merindu akan gapaian maghfirahMu.
MengingatMu dalam hiruk pikuk kendaraan umum.
Menggandakan pikiran ketika berada diantara orang-orang yang lalai
Apakah bukan cinta sejatiitu namanya Wahai Illahi Robbi?
Bukankah itu kerinduan yang amat sangat kepadaMu?
Setelah kedamaian hilang dan tak pernah hamba rasakan lagi
Berkali-kali hamba minta dijemput
Hamba ingin kembali pada kedamaian yang pernah hamba rasakan
Tapi tak kunjung tiba.
Hamba mohon ya Allah
Setelah segala asa tak pernah hamba harapkan lagi kedatangannya
Setelah semangat hidup lenyap
Dan semua sendu menyatu dalam kalbu yang gelap...........

30.03.1998

Wednesday, August 11, 2004

Seruput Nilam Cinta

Senyap malam datang terlambat
Anjing-anjing melolong dijalan-jalan yang gw susuri
Berteman mimpi yang tak pernah jadi kenyataan
Berat langkah terseret-seret diaspal hitam

Degup jantung tambah lemah
Walau kematian itu dekat
Gw nekat mengejarnya
Mata ini lelah menatap warna api yang menyala
Hujan pun turun
Petir dan gemuruh kilat sambar-menyambar
Terkejut-kejut batin ini
Berdenyut-denyut kulit ari
Melawan hasrat bercinta dengan seorang dara yang memikat
Gw rindu menyentuh kemaluannya
Dan sepasang payudara bergetar
Mengayun dengan penuh kehangatan
Merapat dengan syahwat bergayut bagai daun yang melambai
Semilir angin membasuh peluh yang berebut turun
Jakun tertelan, ni'matnya susul menyusul
Dan puas hanya rekaan berulang-ulang jadi obsesi yang tak pernah selesai
Kuharap maut menjemput
Lebih baik daripada harus ma'siat...

29.03.1998

Monday, August 09, 2004

Alam Biru

Segala ketidakpastian sekarang, menjadi benar-benar telah sempurna, kehancuran-kehancuran ini gw ni'mati satu-persatu...
Entah apalagi yang datang esok hari...bekerja memang menyita banyak pemikiran, seluruh konsentrasi terkuras hanya untuk pernyatan...entah itu karir atau masa depan, yang pasti kini tengah bergejolak seperti air yang mendidih.
Menggodok kedewasaan gw yang begitu rapuh karena usia muda...lelah..capek, memang....
Tapi apalagi yang mesti diucapkan kecuali tabah dan prihatin.
Toh segalanya ada karena kesalahan-kesalahan yang gw perbuat. Bahkan setiap keberhasilan yang tumbuh jadi bunga mekar adalah semata-mata anugerah dari Illahi Robbi...
Lubang-lubang menganga didepan siap menjerumuskan gw, setiap langkah jadi api yang membakar hati dan batin yang mulai lelah dengan semangat pembaharuan hidup.
Kenapa semua sulit ketika kita sedang sulit.
Lalu mengapa senang dengan perangkatnya datang sekejap-sekejap.
Telah gw katakan pada jiwa muda ini untuk tetap semangat karena kita masih muda, darah ini mengalir deras, cepat tanpa hambatan apapun. Tak ada angin, petir dan hujan sekalipun, jiwa ini begitu bebas mencinta dan berharap.
Tak ada kata kalah dan gagal dan kehancuranpun menjadi milik gw. Tak ada istilah mundur dan surut, yang ada hanyalah merenung dan berpikir bagaimana menelan peluang yang terhampar....
Susah senang milik gw, kebobrokan dan apa pun namanya jadi satu belati yang sudah harus tertancap di ulu hati, diujung kalbu...
Menangislah segala perasaan batin.
Runtuhlah segala rasa jadi pilar baru kekerasan hati untuk melangkah
Bersedihlah sedalam-dalamnya biar puas batin ini
JIkalau harus teriak...teriaklah dengan lantang seperti kilat yang bergema dilangit yang tinggi.
Tuliskan segala mimik wajah
Biar jadi pelajaran bak mutiara mendekan dilumpur hitam, seperti ikan yang berenang diair laut yang asin....
Sakit..... sakitlah
Gemuruh hidup tak tertampung tumpah ruah disekililing darah
Muak hadapi hidup...
Mati sajalah...
Biar terpanggil jiwa suci ini untuk hidup kembali bak reinkarnasi....
Beban itu bagai langit yang runtuh ke bahu, panggul dan jinjing sendiri
Lelaki, hidup sendiri selamanya dan tak layak mati ditanah tanpa kemenangan sejengkalpun
Sekian kata telah dirumah batinkan
Tapi kesal tetap jadi batu
Lempar batu jadi amarah
Marahlah seperti gunung yang memuntahkan lahar kebiruan
Sepi....tinggal diujung jari
Mata jadi sayu
Lelah hadapi nasib yang tak pernah pasti
Bidadari tertawa, menyobek luka datang dengan kotak p3
Merawat perih jadi gula
Cuma manis yang gw rasa
Ketika lumat bibirnya dalam mulut beku....birahi...

29.03.98

Friday, August 06, 2004

Belanga Sendu

Kenapa sih gw jarang merasa bahagia...?
Kenapa yang gw alami hanya susah dan sedih saja?
Kalaupun itu senang mungkin cuma sesaat saja, sekejap mata, semu...
Kalaupun itu tertawa oleh hal yang lucu pasti itu semu...
Kenapa hati gw selalu diredam susah?
Apa karena gw manusia yang memang selalu berkeluh kesah?
Apa gw belum dapat kunci bahagia?
Sholat sudah, iman telah gw tempa
Tapi gw tetap bermuram durja
Kapan bahagia itu datang menjelma? penuh canda tawa, kehangatan
Gak lagi sepi hidup ini....
Kenapa mesti sendiri gw rasakan
Berlarut-larut dalam detik dikalut pikiran
Bosan...
Muak dengan hidup yang gak ada perubahan..statis
Bingung cari bahagia..bingung cari teman dan sahabat...
Bingung cari teman untuk jalani hidup
Sampai kapan gw gini-gini aja?
Bagaimana cara membahagiakan hati gw
Bagaimana gw jalani semua dengan riang dan gembira...
Penuh semangat Bergairah penuh harapan hidup
Apa tak ada lagi yang menyentuh hati gw
Selain sepi dan sendiri...?

28.03.98

Crashing Over You

Ketika gw melihat diri gw dicermin, tiba-tiba bayangan dicermin itu berkata-kata....
"Gue sedih har melihat diri elo...
Kenapa orang sebaik elo...sejujur elo
Dikhianati..
Disakiti...
Dihancurkan...
Diremukkan..tanpa ampun
Tanpa segan
Tanpa malu-malu
Tanpa rasa iba setitik pun....????!!!!!
Sekarang gw kapok memiliki cinta
Gw depresi dibawah tekanan butuh kasih sayang..
Gw trauma berkepanjangan...
Gw rubuh tanpa batas...
Gw seperti sebuah kapal yang tengah karam disamudra luas
Seperti sebuah pesawat yang menungkik dengan tajamnya dan meluncur dengan derasnya dan hancur berserakan ketika menyentuh muka bumi.
Hati gw berantakan, berceceran dimana-mana...
Gw gak sanggup membangun kata-kata untuk sebuah pilar baru, format baru untuk batin dan jiwa gw..
Sepertinya gw gak kan jauh jika jatuh, gak kemana-mana...mungkin gw gak ngeluh kesiapa-siapa...dan membiarkan diri gw bertahan...tapi bertahan untuk apa, terhadap apa, pada siapa????
Biarkan gw tangisi sendiri semua ini
Sampai kapan hampa seperti ini...
Tapi idealkah jiwa ini...
Ternyata gw ngeluh ....
Gw memang butuh pertolongan
Tapi siapa sanggup tolong gw?
Sama Allah...?
Apa Allah mau dengar teriakan do'a gw?
Lalu harus menjerit seperti apa?
Harus seperti apa?
Atau gw harus hancur sendiri
Menghancurkan diri gw sendiri?
Atau membiarkan kapal itu karam di diri gw
Membiarkan pesawat itu menghantam dan hancur bersama gw di permukaan bumi....
Bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan nanar ini...
Bagaimana...
Ya Allahu Robbi datangkanlah lagi bidadari untuk mengibur diri gw
Biarkan gw jatuh padanya
Biarkan gw hancur didirinya..
Biarkan gw menangisi diri gw dipangkuannya
Biarkan seluruh airmata bening gw membasahi dirinya
Rindu.....bidadari....dan aku

25.03.1998

Jomblo Forever....

Aku mencoba untuk tetap sendiri dimalam yang lalu-lalu, dimalam ini atau mungkin malam-malam yang akan datang...
Setiap hari gak ada bedanya...
Gak ada bedanya setiap saat...
Waktu bergeser dan aku tetap...
Dunia berputar dan aku tetap...
Berdiri..., rebah dan terkapar...
Mengobati diriku jikalau sakit..
Mengangkat diriku jikalau rubuh...
Kuhadapi sendiri...
Aku berharap masih sanggup
Karena aku merasa cukup tangguh
Tapi malam ini..memang gak ada yang berubah
Karena kuanggap suatu saat akan berubah...Aku yakin seyakin-yakinnya diriku...
Malam, bicaralah padaku, siapa malam ini yang berubah jalan hidupnya
Aku ngiri..aku sepi...
Aku bertahan...tapi terhadap apa?
Kenapa berubah, kenapa mesti ada yang baru
Percayalah jika ada yang berubah hanya menambah masalah, dan hidup ini sudah susah jangan dibuat tambah susah....

27.06.1997

Apakah Benar......

Apakah benar....kedatangan seorang bidadari membawa sesuatu yang baru dalam hidupku...? Atau akankah lebih terasa sulit sekali memahami sesosok jiwa yang memang tak pernah merasakan pengalaman batin seperti yang selama ini kurasakan dalam kehidupan...?
Aku selalu bertanya untuk semua perasaan itu, aku ternyata telah putus asa untuk mencari mereka diantara bunga-bunga yang mekar ditaman. Ya aku putus asa sehingga terbersit dihati untuk menghentikan pencarian. Tapi aku tetap berusaha....berusaha tetapi tidak menemukan....
Siapa aku sebenarnya..akan jadi apa aku dimasa depan...mengapa segalanya membuat aku tersiksa...terutama untuk hal yang namanya "cinta".
Aku selalu menemukan format baru atas cintaku....tapi mengapa tak pernah tercipta. Atau format itu hanyalah sekedar mimpi?
Kapankah aku mendengarkan dari mulut seorang bidadari mengucapkan kata-kata bahwa ia cinta padaku? Alangkah merindingnya aku...?
Begitu kuat kata-kata itu buat diriku saat ini tapi kapankah?
Harus berapa lama menunggu...
Harus lama bertahan...
Harus berapa lama bersabar...
Sabar itu ada batasnya..tapi tidak...
Sabar itu sampai kita mati....
Apakah benar mimpi itu jadi nyata...
Apakah benar ada "seseorang" buat jiwaku ini....
Wahai...Robb Semesta Alam jawab pertanyaanku....
Jawab...semua masalahku....
Apakah benar.....bidadari ada untukku....

14.06.1997

The Second Crystalication

Wahai para bidadari...dengarlah kristalisasi ini. Dengan segala penghargaan atas segala usaha. Tubuh sudah begitu beku. Dan mata hampir tak sanggup untuk berkedip, terbaring diatas tumpukan usang do'a-do'a.
Pencarian telah terhenti dan hanya satu membekas dalam hati...keputusasaan dalam mimpi. Dihari lain terasa begitu indah tapi sayang dihari berikutnya harus runtuh. Tinggal sesuatu yang bertahan mencoba untuk tetap tegar...tapi terus terasa bahwa tak pernah lagi setegar yang lalu-lalu. Bunga-bunga terasa begitu sombong sama persis seperti mereka-mereka yang meninggalkanku dalam keadaan yang amat menyedihkan.
Aku tetap menjadi aku....dan tak kan pernah berubah sejengkalpun...tapi udara terasa lain sehingga aku harus mengkristal...
Kesedihan-kesedihan itu bertumpuk-tumpuk, dari menitiskan air mata yang berjumlah satu...dua..tiga dan puluhan, ratusan, ribuan, jutaan hingga darah yang keluar, nanah dan berhenti karena tak bisa lagi meluncurkan itu semua.
Dan kristalisasi diri tercipta....diriku memfusikan jiwa dalam larutan tekad yang lebih aneh dari semula. Dan aku berucap syukur ini terjadi jika tidak, mungkin idealismeku tak kan pernah menghijau..dan mekar lagi.
Rasanya ingin berlari membawa hatiku menuju perbatasan dunia dan akhirat tapi kita masih banyak pekerjaan rumah. Aku tidak sekerdil itu wahai para pecundang. Aku adalah segalanya diatas segala kekalahan-kekalahan mimpi. Perasaan ini harus lebih dinaikkan lagi kepermukaan agar lebih lebar lagi relung jiwa ini. Karena memang tak ada kata kemenangan tanpa ribuan penderitaan akibat kekalahan telak. Dan ini harus dirasakan sekarang dan tertulis sebagai kristalisasi diri yang kedua dalam sejarah diri.
Memang sudah seharusnya tak ada lagi tangisan-tangisan. Tak ada lagi renung-merenung, dan tak ada lagi tulisan-tulisan. Tapi ini semua adalah akibat dari diri yang mencoba untuk bertahan hidup.
Wahai bidadari..lihatlah diriku yang mencoba untuk bertahan ini...adakah kalian tertawa menyaksikanku, atau kalian berdo'a untuk keselamatan diriku..atau kalian menangis melihat hati putihku yang penuh dengan luka-luka yang membiru berwarna hitam.
Andai aku berkuasa atas mimpi...ingin aku mengajak kalian menari bersamaku malam ini...tapi memang setiap mimpi itu tetap mimpi dan tak pernah menjadi nyata walau dengan keyakinan apapun..aku mencoba mengobati diriku sendiri sampai batas waktu yang terakhir.
Mungkin perkataan yang dituliskan memang tak pernah menajadi nyata diucapkan..karena ini semua hanya kebisuan.
Atau mungkin diriku begitu takut menghadapi kenyataan yang berdiri sombong dihadapanku. Atau apa...apa yang harus kupikirkan untuk segala perasaan dalam hati ini?
Wahai Tuhanku aku ini manusia dan suatu saat aku pun pasti akan benar-benar rubuh tanpa bisa berkata-kata apalagi menggoreskan pena ini untuk mengkristalkan diri...
Wahai Tuhanku hentikanlah permainanMu....Engkau begitu sempurna menyiksaku...
Wahai Tuhanku aku menyerah dihadapanMu..tapi tolong berikan aku kemampuan untuk tetap tegar seperti dulu........

25.06.1997